Harga Minyak Terus Melemah Akibat Kebijakan Produksi Baru OPEC+

Nasional8 Dilihat
banner 468x60

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kembali mengalami tekanan signifikan di awal pekan ini, melanjutkan tren penurunan selama tiga hari terakhir. Andy Nugraha, Analis dari Dupoin Futures Indonesia, menyatakan bahwa penyebab utama dari tekanan harga ini berasal dari keputusan terbaru OPEC+ yang sepakat untuk meningkatkan produksi minyak secara signifikan mulai bulan September 2025.

Pada perdagangan hari Senin, 4 Agustus, harga WTI turun ke angka $66,29 per barel, mengalami penurunan sebesar $1,04 atau sekitar 1,5%. Ini menjadi harga penutupan terendah dalam satu minggu terakhir. Selama beberapa tahun terakhir, OPEC+ menerapkan kebijakan pemangkasan produksi demi menjaga kestabilan harga. Namun, arah kebijakan kini berbalik dengan keputusan menambah pasokan hingga 547.000 barel per hari. Kebijakan ini bertujuan untuk merebut kembali pangsa pasar global yang sempat menyusut, namun di sisi lain memicu kekhawatiran akan terjadinya surplus pasokan dalam waktu dekat.

banner 336x280

Memasuki hari Selasa, 5 Agustus, harga minyak relatif bergerak stabil meski tekanan jual masih membayangi pasar. WTI hanya mengalami pelemahan tipis sebesar 2 sen, menjadi $66,27 per barel atau turun 0,03% dari hari sebelumnya. Hal ini mencerminkan sikap pasar yang masih diliputi keraguan, terbagi antara sentimen negatif akibat pasokan yang melimpah dan potensi gangguan distribusi dari Rusia.

Dari sudut pandang teknikal, Andy Nugraha menyebutkan bahwa kombinasi antara pola candlestick harian dan indikator Moving Average saat ini menunjukkan kecenderungan kuat menuju tren bearish. Jika tekanan jual tetap berlanjut, harga WTI diperkirakan bisa mendekati zona support kritis di sekitar $65 per barel. Meskipun demikian, peluang rebound ke kisaran resistance $67 masih terbuka apabila terjadi aksi beli atau koreksi teknikal dalam jangka pendek.

Tak hanya faktor teknikal dan suplai, dinamika geopolitik juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak. Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump kini meningkatkan tekanan terhadap India agar menghentikan impor minyak dari Rusia. AS bahkan mengancam akan memberlakukan tarif sekunder sebesar 100% sebagai bentuk tekanan tambahan, menyusul pemberlakuan tarif 25% terhadap produk India yang diumumkan pada bulan Juli sebelumnya. India saat ini menjadi importir utama minyak Rusia melalui jalur laut, dengan volume impor mencapai 1,75 juta barel per hari selama paruh pertama tahun 2025. Jika aliran minyak ini terganggu, stabilitas pasokan global dapat terdampak, meskipun sejauh ini belum mampu mendorong harga minyak naik secara signifikan.

Andy juga menekankan bahwa meskipun risiko geopolitik dapat menimbulkan gangguan pasokan, fokus utama pasar masih tertuju pada kekhawatiran atas kelebihan suplai dari OPEC+. Penambahan produksi dalam waktu dekat ditambah dengan permintaan bahan bakar yang cenderung lesu di Amerika Serikat, menjadi dua faktor utama yang menekan harga minyak mentah saat ini.

Sebagai penutup, analis dari Dupoin memproyeksikan bahwa pergerakan harga minyak pada hari ini akan berada dalam kisaran $65 hingga $67 per barel. Tekanan masih mendominasi arah pasar, dengan faktor utama berasal dari meningkatnya produksi dan ketidakpastian prospek permintaan global.

banner 336x280

Artikel ini juga tayang di VRITIMES