Kenaikan Tarif Baja AS Jadi Momentum Krakatau Steel Perkuat Posisi Global

Nasional6 Dilihat
banner 468x60

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada akhir Mei 2025 mengumumkan peningkatan tarif impor baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen. Kebijakan proteksionis yang dikenal sebagai “Tarif Trump 2.0” ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri baja global, termasuk bagi Krakatau Steel, perusahaan baja terbesar di Indonesia.

Sejak penerapan tarif pertama pada
2018, Krakatau Steel sudah merasakan dampak perlambatan ekspor ke pasar AS.
Namun, AS bukan pasar utama bagi baja Indonesia yang mayoritas mengekspor ke
Asia Tenggara, Jepang, dan Timur Tengah. Kenaikan tarif ini, meski memperketat
akses ke pasar AS, justru mendorong Krakatau Steel Group dan pelaku industri
baja nasional untuk semakin fokus memperkuat daya saing dan memperluas pasar di
kawasan regional dan global.

banner 336x280

Menatap Peluang di Tengah
Tantangan

Krakatau Steel menyikapi kebijakan
baru ini dengan optimisme dan strategi adaptif. Menurut Direktur Utama PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk/KRAS,  Akbar
Djohan, diversifikasi pasar menjadi prioritas utama. Dengan memperkuat jaringan
pasar di ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Krakatau Steel berupaya
mengurangi ketergantungan pada pasar yang rawan perubahan kebijakan
proteksionis. Pasar-pasar ini memiliki kebutuhan baja yang terus tumbuh,
seiring dengan perkembangan infrastruktur dan industri di kawasan.

Selain itu, Krakatau Steel fokus
mengembangkan produk baja bernilai tambah tinggi maupun peningkatan produksi
domestik dengan mengembangkan industri hilir baja-aluminium, maupun inovasi
produk lainnya, seperti baja khusus untuk otomotif, konstruksi berkelanjutan,
dan teknologi tinggi, serta dapat meningkatkan daya saing serta membuka peluang
di segmen pasar premium yang lebih stabil dan kurang sensitif terhadap harga.

Yang tidak kalah penting,
peningkatan efisiensi produksi dan penggunaan teknologi modern menjadi kunci
untuk menekan biaya produksi. Dengan mengadopsi teknologi industri 4.0 dan
proses manufaktur yang ramah lingkungan, Krakatau Steel berkomitmen menjaga
kualitas produk sekaligus menekan dampak lingkungan.

Dalam kesempatan terpisah, Wakil
Menteri Perindustrian RI, Faisol Riza menyatakan, Krakatau Steel memegang peran sangat strategis dalam
memperkokoh pondasi industri baja nasional. Dengan peningkatan kapasitas
produksi dan inovasi produk, Krakatau Steel tidak hanya membantu memperkuat
ketahanan rantai pasok domestik tetapi juga membuka peluang ekspansi pasar di
kawasan regional.

Sinergi dengan Kebijakan
Pemerintah

Pemerintah Indonesia juga
memainkan peran strategis dengan mendorong kebijakan perdagangan yang proaktif.
Melalui kerja sama regional seperti ASEAN dan perjanjian perdagangan bebas
(FTA), pemerintah berupaya memperluas akses pasar bagi produk baja Indonesia.
Selain itu, dukungan insentif untuk peningkatan teknologi dan hilirisasi
industri baja di dalam negeri menjadi bagian dari upaya memperkuat industri
nasional.

Lebih jauh, pemerintah dan
Krakatau Steel perlu terus memantau kebijakan perdagangan global dan respons
negara-negara mitra dagang AS, agar dapat merespons secara cepat dan strategis
terhadap perubahan dinamika pasar.

Seorang pengamat
ekonomi industri, menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan global, dukungan
kebijakan pemerintah yang proaktif sangat diperlukan. Kebijakan tersebut harus
mendorong inovasi dan daya saing Krakatau Steel agar dapat memanfaatkan peluang
yang semakin terbuka di pasar ekspor, khususnya di Asia Tenggara dan Timur
Tengah.

Selain itu, pemerintah juga perlu
membuka akses pasar baru di luar AS dan memperkuat posisi dalam kerja sama
regional seperti RCEP dan ASEAN+3. Bagi pelaku industri, strategi adaptasi
harus mencakup diversifikasi sumber bahan baku, efisiensi proses produksi, dan
penguatan kemitraan dagang dengan negara non-AS.

Optimisme Menyongsong Masa Depan

Langkah
Trump adalah bagian dari tren neo-merkantilisme global yang mulai menggantikan
era globalisasi neoliberal. Dunia perlu menyadari bahwa stabilitas perdagangan
tak bisa hanya bergantung pada goodwill satu negara adidaya. Kerja
sama regional, penguatan industri domestik, dan diplomasi aktif adalah kunci
agar negara-negara seperti Indonesia tidak menjadi korban-melainkan aktor dalam
redefinisi ekonomi global.

Setia Diarta,
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
Kementerian Perindustrian, menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat
industri baja nasional. Menurutnya, dukungan teknologi modern dan kebijakan
perdagangan yang kondusif menjadi kunci agar Krakatau Steel mampu bersaing di
pasar global dan sekaligus mendukung pembangunan industri manufaktur nasional.

Kenaikan tarif baja AS bukanlah
hambatan yang mengakhiri peluang Krakatau Steel, melainkan momentum untuk
memperkuat fondasi bisnis dan bersaing lebih sehat di pasar global. Dengan
strategi diversifikasi pasar, inovasi produk, efisiensi produksi, dan dukungan
kebijakan yang sinergis, Krakatau Steel optimistis dapat mempertahankan posisi
sebagai pilar utama industri baja Indonesia dan memperluas jejaknya di kancah
internasional.

Industri baja Indonesia kini
tengah memasuki era baru yang penuh tantangan sekaligus peluang. Krakatau Steel
dan seluruh pelaku industri diharapkan mampu menjawab tantangan ini dengan
inovasi dan semangat yang kuat, demi masa depan yang lebih maju dan berkelanjutan.
(*)

banner 336x280

Artikel ini juga tayang di VRITIMES